Tokgabi si makhluk hitam dari cerobong suka bikin rusuh—dari menari di atas panci hingga mencuci piring diam-diam. Nakal, ajaib, tapi kadang juga baik hati. Siap tertawa dan terkejut?

Dalam dinginnya hujan malam, seorang anak mengetuk pintu sebuah rumah hangat. Air menetes dari jubahnya, membawa serta harap akan pelukan, cahaya, dan secangkir kehangatan manusia.

Seorang pengembara menemukan dompet penuh uang dan enggan berbagi. Tapi saat bahaya datang, temannya mengingatkan: keberuntungan dan kesulitan harus dibagi bersama.

Seorang pria malas memanjat hidung patung raksasa demi buah pir—tapi tak disangka, sang patung bersin! Petualangan kocak yang tak terlupakan dimulai dari lubang hidung batu.

Di atas dua puluh kasur dan dua puluh bantal bulu, sang putri tidak bisa tidur. Hanya satu kacang polong kecil yang membuktikan: ia adalah seorang putri sejati.

Saat Belalang bernyanyi mengganggu tidur Burung Hantu, si burung tua yang licik tak memilih marah. Ia memilih tipu daya yang lembut—dan berakhir dengan makan malam tak terduga.

Apa yang terjadi saat hewan-hewan hutan mencoba memahami keindahan lewat cermin? Sebuah dongeng satir nan jenaka dari Mark Twain ini akan mengajak kita menertawakan ego dan tafsir yang keliru.

Tiga bangsawan muda bertualang demi hati sang putri. Tapi siapa yang paling berjasa menyelamatkannya? Kisah ajaib penuh karpet terbang, teleskop sakti, dan salep penyembuh menanti.

Dua penjahit cerdik memamerkan pakaian tak kasat mata kepada sang Raja. Para menteri tersenyum dan mengangguk, meski yang mereka lihat hanyalah udara kosong dan kebohongan.