Kemampuan Yang Tak Diketahui Orang Lain

Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri tua yang miskin dan hanya memiliki satu anak laki-laki. Sang ayah dan ibu bekerja keras untuk memberi makan anak mereka dengan baik dan membesarkannya dengan benar. Mereka berharap anak mereka kelak akan merawat mereka di hari tua.

Namun, ketika sang anak sudah dewasa, sang anak berkata kepada orang tuanya, "Sekarang aku sudah menjadi dewasa, dan aku berniat untuk menikah. Aku ingin kalian segera pergi menghadap Raja untuk meminang putrinya untuk jadi istri."

Orang tuanya terkejut. Mereka memperingatkannya, "Apa yang kau pikirkan? Kita hanya memiliki gubuk ini untuk tempat tinggal dan hampir tidak cukup roti untuk dimakan. Kami tidak berani menghadap Raja, apalagi meminta putrinya untuk menjadi istrimu."

Namun sang anak tetap bersikeras dengan permintaannya. Ia mengancam akan meninggalkan mereka jika tidak menuruti keinginannya.

Melihat anaknya benar-benar serius dengan perkataannya, kedua orang tua itu sedih dan berjanji akan pergi meminta putri raja.

Lalu sang ibu membuat kue pernikahan di depan anaknya. Saat sudah siap, ia memasukkannya ke dalam tas, mengambil tongkatnya, dan langsung pergi ke istana tempat Raja tinggal.

Di sana, pelayan raja mempersilakan dia masuk, dan membawanya ke aula yang menjadi tempat Raja biasa menerima orang miskin yang datang meminta sedekah atau mengajukan petisi.

Merasa bingung dan malu dengan pakaiannya yang lusuh dan robek, dan si ibu membeku seolah-olah ia dibuat dari batu.

Sang Raja berkata kepadanya dengan ramah, "Apa yang kau inginkan dariku, nenek?"

Namun, si ibu tidak berani memberitahu Raja mengapa ia datang. Dalam kebingungannya ia berkata, "Tidak ada, Tuanku."

Lalu Raja tersenyum sedikit dan berkata, "Mungkin kau datang untuk meminta sedekah?"

Kemudian si ibu tua yang merasa sangat malu itu menjawab, "Ya, Tuanku, kalau berkenan!"

Mendengar itu, Raja memanggil para pelayannya dan memerintahkan mereka untuk memberikan sepuluh keping emas kepada si ibu tua. Setelah menerima uang tersebut, si ibu tua berterima kasih kepada sang Raja.

Ibu tua itu kembali ke rumah sambil berkata dalam hatinya, "Mungkin jika anakku melihat uang ini, ia tidak akan lagi memikirkan untuk kabur dari kami."

Namun, ia salah besar. Begitu ia masuk ke dalam gubuk, sang anak segera mendatanginya.

Dengan tak sabar, pemuda itu bertanya, "Nah, ibu, apakah kamu telah melakukan yang kuminta?"

Kemudian sang ibu terkejut dan berkata, "Hentikan impian konyol itu, Nak. Bagaimana mungkin kau berharap aku meminta putri raja untuk menjadi istrimu? Aku tidak berani mengatakan sepatah kata pun pada raja tentang hal itu. Tetapi lihatlah, begitu banyak uang yang aku bawa pulang. Sekarang kau dapat mencari istri yang cocok untukmu. Lupakanlah putri raja."

Mendengar ibunya berbicara seperti itu, pemuda itu sangat marah dan berkata, "Apa gunanya uang raja bagiku? Aku tidak butuh uangnya. Aku mau putrinya! Kalau kamu mempermainkan aku, Bu, aku akan pergi. Aku akan pergi ke mana saja - ke mana saja mataku membawaku."

Orang tua miskin itu memohon kepada anaknya agar tidak meninggalkan mereka sendirian di usia tua mereka. Mereka mencoba menenangkan anaknya dengan berjanji bahwa si ibu akan pergi lagi esok hari ke istana dan benar-benar meminta putri raja untuk menjadi istri anaknya.

Keesokan harinya, sang ibu pergi lagi ke istana, dan para pelayan memperlihatkannya ke ruang yang sama seperti sebelumnya.

Raja melihatnya berdiri di sana, dan bertanya, "Sekarang apa yang kau inginkan, nenekku?"

Ibu tua itu masih merasa sangat malu dan hampir tidak bisa bicara. Ia kembali hanya berkata, "Tidak ada, Yang Mulia."

Namun Raja mengira bahwa si ibu datang untuk meminta bantuan lagi. Ia memerintahkan pelayan untuk memberinya sepuluh keping uang.

Si ibu yang miskin kemudian kembali ke pondoknya.

Anaknya menyongsong ibu tua itu dan bertanya, "Nah, ibu, kali ini aku harap kau telah melakukan yang kuminta?"

"Sekarang, anakku,” jawab si ibu tu, “biarkanlah putri raja dalam ketenangan. Bagaimana mungkin kau benar-benar memikirkan hal semacam itu? Meskipun dia mau menikahimu, mau dibawa ke rumahmu yang di mana? Jadi tenanglah, dan terimalah uang yang kubawa untukmu ini."

Mendengar itu, si anak menjadi lebih marah daripada sebelumnya dan berkata dengan tajam, "Karena kamu tidak akan membolehkan aku menikahi putri raja, aku akan pergi dari sini sekarang dan tidak akan pernah kembali lagi."

Pemuda itu berlari keluar dari pondok.

Orangtuanya mengejarnya, dan akhirnya berhasil meyakinkannya untuk kembali, dengan bersumpah kepadanya bahwa ibunya akan pergi lagi ke istana esok paginya dan benar-benar meminta Raja memberikan putrinya untuk menjadi istri anak mereka.

Pemuda itu setuju untuk kembali pulang dan menunggu hingga keesokan harinya.

Keesokan harinya, ibu tua itu dengan hati yang berat pergi ke istana.

Melihat perempuan itu datang untuk ketiga kalinya, Raja dengan tidak sabar bertanya, "Apa yang kau inginkan kali ini, nenek?"

Dengan seluruh tubuh gemetar, ibu tua itu menjawab, "Maaf, Baginda, tidak ada."

Lalu Raja berseru, "Tidak mungkin tidak ada. Kamu pasti menginginkan sesuatu. Jadi, katakan kebenarannya sekarang juga, jika kamu menghargai nyawamu!"

Ibu tua itu lalu terpaksa menceritakan semuanya kepada sang raja tentang putranya yang sangat ingin menikahi sang putri, sehingga memaksanya datang dan meminta Raja memberikannya sebagai istri.

Setelah mendengar semuanya, Raja berkata, "Baiklah. Jika putriku setuju, aku tidak akan menetangnya."

Lalu ia memerintahkan pelayan-pelayannya untuk membawa putrinya ke hadapannya.

Ketika Putri datang, Raja menceritakan semua tentang kisah itu, dan bertanya, "Apakah kamu bersedia menikahi putra dari wanita tua ini?"

Putri menjawab, "Kenapa tidak? Asalkan dia belajar dulu kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun!"

Lalu Raja memerintahkan pengiringnya memberikan uang kepada perepuan miskin itu. Ibu tua itu sekarang kembali ke gubuknya dengan hati yang ringan.

Saat ia masuk ke gubuknya, putranya bertanya, "Apakah kamu sudah berhasil mengatur semuanya?"

Ibu tua menjawab, "Biarkan aku bernafas sebentar dulu! Sekarang aku sudah benar-benar meminta pada raja tetapi sia-sia. Putri mengatakan bahwa ia tidak akan menikahimu sampai kamu belajar kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun!"

Pada keesokan harinya, pemuda dari keluarga miskin itu pergi melakukan perjalanan ke seluruh dunia untuk mencari seseorang yang dapat mengajarkan kepadanya kemampuan yang tidak diketahui oleh siapapun. Ia berkelana dalam waktu yang lama tanpa berhasil menemukan tempat untuk mempelajari kemam[uan itu.

Suatu hari, setelah merasa sangat lelah dan sedih karena pencariannya yang sia-sia, si pemuda duduk di atas sebuah kayu yang tumbang di tepi jalan.

Tak lama kemudian, seorang nenek datang dan bertanya kepadanya, "Mengapa kau sedih, nak?"

Pemuda itu menjawab, "Apa gunanya kau bertanya, kalau kau tak bisa membantuku?"

Namun si nenek berkata, "Katakanlah padaku apa masalahnya, barangkali aku bisa membantumu."

“Jika kau harus tahu,” kata si pemuda, “masalahnya adalah ini: aku telah berkeliling dunia dalam waktu yang lama untuk mencari seorang guru yang bisa mengajarkan kepadaku keterampilan yang tidak diketahui oleh siapa pun."

"Oh, jika itu saja," teriak si nenek, "dengarkan aku! Jangan takut, tetapi pergilah langsung ke dalam hutan yang terletak di depanmu. Di sana kau akan menemukan apa yang kau cari."

Si pemuda sangat senang mendengarnya. Ia segera bangkit pergi ke hutan.

Ketika ia sudah cukup jauh di dalam hutan, ia melihat sebuah kastil besar dan, sambil memandangnya dan bertanya-tanya apa itu.

Empat raksasa keluar dari kastil dan berlari menuju padanya, sambil berteriak, "Apakah kau ingin belajar kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun?"

Dia berkata, "Ya, itulah sebabnya aku datang ke sini."

Keempat raksasa membawanya masuk ke dalam kastil.

Keesokan harinya, para raksasa bersiap-siap pergi berburu. Sebelum berangkat, mereka berkata kepada si pemuda, "Kamu tidak boleh masuk ke ruangan pertama di sebelah ruang makan."

Namun, baru saja para raksasa pergi menjauh, si pemuda mulai berpikir, "Aku tahu bahwa aku sudah masuk ke tempat yang membuat aku tak akan bisa keluar hidup-hidup. Jadi aku mungkin lebih baik melihat apa yang ada di dalam ruangan itu, apapun yang terjadi setelahnya."

Lalu ia pergi dan membuka pintu sedikit dan melihat-lihat. Di sana ada keledai emas yang terikat di palungan emas.

Setelah memperhatikannya sejenak, si pemuda hendak menutup pintu ketika tiba-tiba keledai itu berkata, "Datanglah dan ambil tali kekang dari kepalaku. Simpanlah di tempat tersembunyi. Itu akan berguna bagi kamu jika kamu tahu bagaimana menggunakannya."

Lalu dia mengambil tali kekang tersebut dan setelah mengunci pintu ruangan. Ia cepat-cepat menyembunyikannya di bawah pakaiannya.

Tidak lama kemudian para raksasa kembali ke rumah. Mereka langsung bertanya kepadanya apakah ia sudah masuk ke dalam ruangan pertama.

Si pemuda dengan ketakutan menjawab, "Tidak, aku belum masuk."

"Tapi kami tahu, kamu sudah masuk!" Kata para raksasa dengan marah besar dan kemudian memukulinya dengan tongkat besar sehingga ia hampir tidak bisa berdiri.

Beruntung, si pemuda ia menyembunyikan tali kekang di bawah pakaiannya. Kalau tidak, pasti ia sudah dibunuh.

Hari berikutnya, para raksasa kembali bersiap-siap pergi berburu. Sebelum meninggalkan si pemuda, mereka memerintahkannya dengan tegas untuk tidak masuk ke ruangan kedua.

Lagi-lagi pemuda itu merasa sangat penasaran untuk melihat apa yang ada di ruangan kedua sehingga ia tak bisa menahan diri untuk pergi ke pintu.

Ia berpikir dalam hatinya, “Sudah jelas aku hampir mati, tak mungkin lebih buruk dari ini!”

Akhirnya ia membuka pintu dan memandang ke dalam. Di sana ada seorang gadis cantik yang sangat indah, berpakaian emas dan perak, sedang menyisir rambutnya dan meletakkan berlian besar di setiap helai rambutnya.

Setelah sejenak memandanginya, gadis itu berbicara, “Tunggu sebentar, pemuda. Ambillah kunci ini dan jagalah dengan baik-baik. Kunci ini akan berguna suatu saat, jika kamu tahu cara menggunakannya.”

Maka ia masuk dan mengambil kunci dari gadis itu, lalu keluar, mengunci pintu, dan duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya.

Tidak lama setelah itu, para raksasa kembali dari berburu dan segera mengambil tongkat besar mereka untuk memukul pemuda tersebut, sambil bertanya apakah ia telah masuk ke ruangan kedua.

Gemetar dengan ketakutan, ia menjawab, "Tidak. Aku tidak masuk."

Para raksasa tidak percaya dan semakin marah. Mereka mengambil tongkat mereka dan memukul si pemuda dengan lebih keras dari hari-hari sebelumnya.

Sekali lagi, pemuda itu sangat beruntung karena ia menyembunyikan kunci emas yang diberikan gadis cantik di ruangan kedua yadi di balik pakaian yang ia kenakan.

Pagi harinya, ketika para raksasa bersiap-siap pergi berburu seperti biasa, mereka memperingatkan lagi si pemuda dengan keras untuk tidak masuk ke dalam ruangan ketiga sekalipun. Mereka mengancam akan membunuhnya jika ia melanggar perintah tersebut.

Namun, pemuda tersebut berpikir, "Mereka mungkin akan membunuhku, apakah aku masuk ke ruangan ketiga atau tidak. Dan jika mereka tidak membunuhku, mereka sudah memukulku dengan sangat keras sehingga aku tidak yakin bisa hidup lama. Jadi, bagaimanapun juga, aku akan masuk dan melihat apa yang ada di ruangan ketiga."

Kemudian ia bangkit dan membuka pintu ruangan ketiga.

Sang pemuda sangat terkejut ketika melihat bahwa ruangan itu penuh dengan kepala manusia! Kepala-kapala ini milik para pemuda yang datang, seperti dirinya sendiri, untuk belajar kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun, dan yang telah dibunuh oleh para raksasa karena tidak mematuhi perintah mereka.

Pemuda itu hendak pergi dengan cepat, ketika salah satu kepala tiba-tiba berseru, "Jangan takut, masuklah!"

Lalu, ia masuk ke dalam ruangan itu.

Kemudian kepala itu memberinya rantai besi dan berkata, "Jaga baik-baik rantai ini. Rantai ini akan sangat berguna jika kamu tahu cara menggunakannya!"

Si pemuda mengambil rantai itu dan keluar, mengunci pintu rapat-rapat.

Ia kembali duduk di tempat biasanya untuk menunggu kepulangan para raksasa, dan ketakutan semakin memenuhi hatinya. Ia sepenuhnya mengharapkan bahwa kali ini para raksasa akan benar-benar membunuhnya.

Saat para raksasa pulang, mereka langsung mengambil tongkat tebal mereka dan mulai memukuli si pemuda tanpa bertanya apa-apa. Mereka memukulnya begitu mengerikan sehingga ia hampir mati.

Mereka kemudian melemparnya keluar dari kastil, sambil berkata, "Pergilah sekarang, karena kamu sudah mempelajari kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun!"

Setelah terbaring lama di tanah tempat para raksasa membuangnya, merasa sangat sakit dan sengsara, akhirnya pemuda itu mencoba untuk pergi. Ia rela merasakan sakitnya itu jika para raksasa itu benar-benar telah mengajarkan kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun demi mendapatkan Sang Putri.

Setelah melakukan perjalanan yang panjang, pemuda itu akhirnya tiba di istana raja yang putrinya ingin ia nikahi. Saat melihat istana, ia merasa sangat sedih dan teringat akan kata-kata Sang Putri. Setelah semua pengembaraannya dan penderitaannya, ia belum belajar satu pun kemampuan dan tidak pernah mendapatkan "kemampuan yang tidak diketahui oleh siapa pun."

Saat mempertimbangkan apa yang harus dilakukannya, tiba-tiba ia teringat akan tali kekang, kunci, dan rantai besi yang selama ini ia sembunyikan

Ia berkata dalam hati, "Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan oleh barang-barang ini!"

Ia mengambil tali kekang dan memukul tanah dengan itu. Seketika seekor kuda yang cantik dan indah, lengkap dengan perlengkapannya, muncul di depannya. Kemudian ia memukul tanah dengan rantai besi, dan tiba-tiba seekor kelinci dan seekor anjing greyhound muncul. Kelinci itu langsung berlari cepat dan anjing itu mengikutinya.

Dalam sekejap pemuda itu hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Ia menemukan dirinya dalam pakaian berburu yang bagus, menunggangi kuda untuk mengejar kelinci, yang melewati jalan di bawah jendela istana raja.

Ternyata, Raja berdiri di jendela dan segera memperhatikan anjing greyhound yang mengejar kelinci, serta kuda yang sangat cantik yang ditunggangi oleh pemburu berpakaian indah. Sang Raja sangat senang melihat penampilan kuda dan greyhound itu, sehingga ia segera memanggil beberapa pengikutnya, dan mengirim mereka mengejar pemburu asing itu, untuk mengundangnya datang ke istana.

Si pemuda mendengar beberapa orang datang di belakangnya memanggil dan berteriak. Ia segera berkuda cepat menuju semak-semak yang tebal, lalu menggoncangkan sedikit tali dan rantai besinya. Dalam sekejap kuda, anjing greyhound, dan kelinci itu menghilang. Dia menemukan dirinya duduk di bawah pohon, berpakaian lusuh seperti dulu.

Saat itu pelayan raja sudah tiba di tempatnya, dan, melihatnya duduk di sana. Mereka bertanya apakah ia melihat seorang pemburu hebat di atas kuda yang indah melintas di tempat itu.

Namun, pemuda itu menjawabnya dengan kasar, "Tidak! Aku tidak melihat siapa-siapa yang lewat, dan aku tidak peduli untuk melihat siapa yang lewat!"

Setelah itu para pelayan raja pergi dan mencari-cari di hutan, memanggil dan berteriak sekeras mungkin. Semua itu sia-sia. Mereka tidak bisa melihat atau mendengar apa pun dari pemburu tersebut.

Akhirnya mereka kembali ke Raja. Mereka menceritakan bahwa kuda yang ditunggangi pemburu begitu cepat sehingga mereka tidak bisa mendengar apa-apa di hutan.

Sekarang si pemuda memutuskan untuk pergi ke pondok tempat orang tuanya tinggal. Kedua orangtuanya senang melihat anaknya kembali.

Keesokan paginya, si putra berkata kepada ayahnya, “Sekarang, Ayah, aku akan menunjukkan apa yang kupelajari. Aku akan mengubah diriku menjadi kuda yang indah. Kamu harus membawaku ke kota dan menjual aku. Tapi berhati-hatilah. Jangan memberikan talinya. Kalau sampai talinya kamu berikan, aku akan tetap menjadi kuda selamanya!”

Dalam sekejap pemuda itu mengubah dirinya menjadi kuda yang luar biasa cantik, dan ayahnya membawanya ke pasar untuk dijual.

Dengan cepat banyak orang berkumpul di sekitar kuda itu. Mereka kagum pada keindahan yang tidak biasa, dan harga yang sangat tinggi ditawarkan untuk kuda itu. Karena tampak banyak peminatnya, si ayah terus menaikan harga penawarannya.

Kabar tentang kuda yang sangat tampan dijual di pasar langsung menyebar ke seluruh kota. Akhirnya Raja sendiri mendengar kabar itu. Ia mengirim beberapa pelayan untuk membawa kuda itu, agar bisa ia bisa melihatnya.

Si ayah membawa kuda itu segera ke depan istana.

Setelah melihatnya dengan penuh kagum untuk beberapa waktu, Raja tak bisa menahan diri untuk berseru, "Sumpah demi kerajaanku, meski aku seorang raja, aku belum pernah melihat, apalagi menunggangi, kuda seindah ini!"

Lalu ia bertanya pada sang pria tua apakah ia bersedia menjualnya.

"Saya akan menjualnya kepada Anda, dengan senang hati, Tuanku," kata si ayah, "tetapi saya hanya akan menjual kuda ini saja, bukan tali kekangnya."

Raja tertawa, sambil berkata, "Untuk apa aku butuh tali kekang kotormu? Untuk kuda seindah ini, aku akan membuatkan tali kekang emas!"

Akhirnya, Raja membeli kuda itu dengan harga yang sangat mahal, dan sang pria tua pulang ke rumah dengan uang.

Namun keesokan harinya, ada keributan dan kepanikan di kandang kerajaan. Kuda yang sangat indah itu menghilang entah bagaimana semalaman. Pada saat kuda itu menghilang, sang pemuda kembali ke rumah orangtuanya.

Beberapa hari kemudian, sang pemuda berkata pada ayahnya, "Sekarang saya akan berubah menjadi sebuah gereja yang bagus tidak jauh dari istana raja. Jika Raja ingin membelinya, kamu boleh menjualnya, Ayah. Hanya saja, jangan memberikan kuncinya suapaya aku tidak akan tetap menjadi sebuah gereja!"

Ketika bangun pagi dan pergi ke jendelanya untuk melihat keluar, Raja melihat sebuah gereja yang indah yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Kemudian dia mengirimkan pelayannya untuk melihat apa itu.

Tidak lama setelah itu para pelayan raja kembali dan mengatakan bahwa "gereja itu milik seorang peziarah tua, yang mengatakan bahwa dia bersedia menjualnya jika Raja ingin membelinya."

Kemudian Raja mengirimkan pesan untuk menanyakan berapa harga jualnya, dan sang peziarah menjawab, "Ini bernilai banyak uang."

Sementara pelayan raja sedang berunding dengan sang ayah, seorang nenek datang.Nenek ini adalah nenek yang telah mengirimkan pemuda itu ke kastil empat raksasa. Nenek itu sendiri telah pergi ke kastil raksasa dan telah mempelajari kemampuan yang tidak diketahui siapa pun.

Karena mengerti tentang gereja itu, dan tidak ingin memiliki saingan dalam kemampuan itu, si nenek berencana untuk mengakhiri hidup si pemuda. Untuk tujuan ini, dia mulai mengajukan penawaran yang lebih tinggi dari Raja. Pada akhirnya si nenek menawarkan jumlah uang yang sangat besar, sehingga sang ayah kaget dan bingung melihat uang yang ditunjukkannya.

Akhirnya sang ayah menerima tawaran nenek itu, tetapi ketika dia sedang menghitung uang, dia lupa tentang kunci. Ia segera tersadar dan ingat pesan anaknya. Karena khawatir ada sesuatu yang buruk terjadi, sang ayah mengejar nenek itu dan menuntut kembali kunci gereja.

Nenek itu tidak bisa dibujuk untuk mengembalikan kunci,. Ia mengatakan bahwa kunci itu milik gereja yang telah dia beli dan bayar.

Melihat nenek itu tidak akan menyerahkan kunci, sang ayah semakin khawatir bahwa ada sesuatu yang buruk akan terjadi pada putranya. Dia memegang leher si nenek dan memaksanya untuk menjatuhkan kunci.

Nenek itu berjuang keras untuk mendapatkan kunci itu kembali. Ketika sang ayah dan si nenek bergulat bersama, kunci itu tiba-tiba berubah menjadi seekor burung merpati dan terbang tinggi di atas taman istana.

Ketika melihat hal ini, si nenek berubah menjadi seekor elang dan mengejar burung merpati itu. Namun, ketika elang hendak menyerang burung merpati, tiba-tiba burung merpati berubah menjadi buket bunga yang cantik dan jatuh ke tangan putri raja yang sedang berjalan di taman.

Kemudian si elang berubah menjadi nenek itu sendiri. Ia pergi ke gerbang istana dan memohon dengan sangat agar Putri memberikannya buket itu, atau setidaknya satu bunga saja.

Tetapi Putri berkata, "Tidak! Tidak untuk apa pun di dunia. Bunga-bunga ini jatuh dari surga!"

Si nenek sangat bertekad mendapatkan satu bunga dari buket itu. Lalu, karena Putri tidak mau mendengarkannya, Si Nenek langsung pergi ke Raja dan memohon dengan sangat agar Sang Putri memberinya satu bunga dari buketnya. Raja, yang mengira si nenek memerlukan bunga untuk menyembuhkan suatu penyakit, memanggil putrinya dan menyuruhnya memberikan satu bunga kepada pengemis itu.

Namun, ketika Raja mengucapkan kata-kata ini, buket itu berubah menjadi tumpukan biji-bijian jagung dan tersebar di tanah. Si Nenek dengan cepat berubah menjadi ayam dan anak-anak ayamnya, lalu mulai rakus memakan biji-bijian jagung itu.

Tiba-tiba, biji jagung itu menghilang, dan di tempatnya muncul seekor rubah yang melompat pada ayam itu dan membunuhnya. Ketika melompat ke arah ayam, tiba-tiba rubah berubah menjadi seorang pemuda.

Pemuda itu kemudian menjelaskan kepada Raja dan putri yang terkejut bahwa dialah yang telah meminta sang putri, dan untuk memperolehnya ia telah menjelajahi seluruh dunia mencari seseorang yang bisa mengajarkan "kemampuan yang tak diketahui siapa pun."

Ketika Raja dan putrinya mendengar ini, dengan senang hati mereka memenuhi janjinya, melihat betapa baiknya pemuda itu memenuhi janjinya.

Tidak lama kemudian, putri raja menikahi putra pasangan tua miskin itu. Raja membangun sebuah istana bagi sang putri dan suaminya yang berdekatan dengan istananya. Di sana mereka hidup lama dan memiliki banyak anak.

Orang-orang mengatakan bahwa beberapa keturunan mereka masih hidup saat ini. Mereka terus berdoa di gereja yang selalu terbuka karena kuncinya berubah menjadi seorang pemuda.

Penulis
Elodie Lawton Mijatović (1825 – 13 Desember 1908) adalah seorang penulis Inggris yang tinggal di Boston pada 1850-an.Dia menerbitkan beberapa buku tentang Serbia dalam bahasa Inggris, termasuk The History of Modern Serbia (London: William Tweedie, 1872) dan Serbian Folk-lore (London: W. Isbister & Co, 1874).

Sematacerita menyediakan kisah-kisah nyata, cerita fiksi terjemahan dan orisinal.